20Nov2024

Pentingnya Memahami Konsep Konseling Lintas Budaya

Penulis Rif’atun Nikmah, S.Pd

PENDAHULUAN

Zamroni (2019) mengatakan bahwa strategi konseling dengan memanfaatkan kearifan budaya lokal menjadi salah satu alternatif dalam penguatan karakter kebangsaan. Konseling berbasis kearifan budaya lokal merupakan sebuah konseling yang dibangun dengan dasar-dasar kondisi sosiologis, psikologis dan kearifan nilai-nilai budaya lokal pada setiap etnik.
SMK Negeri 1 Blado terletak di wilayah yang memiliki keberagaman budaya, suku, dan agama. Dengan kondisi ini, siswa berasal dari berbagai latar belakang yang membawa norma, nilai, dan kebiasaan unik. Konseling lintas budaya diperlukan untuk memastikan bahwa layanan bimbingan konseling dapat mengakomodasi keberagaman tersebut dan menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif.
Selain itu pembahasan ini bertujuan untuk memberikan pengembangan akan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan yang lebih dalam bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca berkaitan dengan konseling indigenous sebagai salah satu strategi intervensi untuk meningkatkan kompetensi multikultural konselor dalam penerapan dan praktik konseling.

Berikut adalah beberapa konsep terkait Konseling Lintas Budaya :

Adapun beberapa konsep pokok pikiran yang perlu diperhatikan berkaitan dengan konseling indigenious (kearifan lokal) adalah:
a. Pengetahuan dan praktek konseling tidak dipaksakan dari luar, melainkan hal-hal yang diperoleh atau datang dari luar dan yang ada dari dalam digunakan untuk peningkatan konseling;
b. Individu dipahami bukan dari sistem pengetahuan, nilai, dan perilaku luar yang diimpor, melainkan pada kerangka acuan lokal dimana individu menginternalisasi;
c. Konseling indigenous meng-kerangkai pengetahuan konseling dan menjadi dasar dalam merancang konseling yang tepat dengan individu, sehingga ia merupakan suatu route (jalan) menuju yang konseling yang lebih tepat;
d. Indigenization bukan suatu sangkalan ethnosentrik Barat atau suatu pertentangan antara tradisional dan modern. Indigenization bukan suatu pendekatan untuk menemukan masa lalu dan berpegang pada masa lalu itu sepenuhnya ataupun gagasan-gagasan Barat yang ditolak dengan mudah karena gagasangagasan itu asing dan karenanya buruk.


Kualitas Dasar dalam Konseling

Sebagai seorang konselor, perlu ada kualitas yang harus dipenuhi dalam proses konseling. Patterson (2004), menyebutkan lima kualitas dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor konselor yaitu:

  1. Respect. Menghargai klien merupakan hal yang paling penting bagi konselor.
  2. Genuinenes. Konseling merupakan hubungan yang nyata. Konselor perlu untuk memiliki kesungguhan dalam memberikan konseling dan juga adalah sosok yang nyata tanpa kepalsuan.
  3. Emphathic understanding. Pemahaman yang empati lebih dari sekedar pengetahuan tentang klien. Patterson mengemukakan bahwa kemampuan untuk menunjukkan empati pada budaya secara konsisten dalam hal-hal yang memiliki makna merupakan variabel penting untuk melibatkan klien.
  4. Communication of empathic, respect and genuiness to the client. Kondisi ini penting untuk di persepsi, diakui, dan dirasakan oleh klien.
  5. Structuring. Salah satu elemen penting yang terkadang disadari oleh konselor adalah struktur atau susunan dalam proses konseling.

Hasil dalam Proses Layanan Bimbingan dan Konseling Lintas Budaya

Dalam pelaksanaannya di SMK N 1 Blado konselor dapat menggunakan pendekatan berbasis budaya, seperti cerita rakyat, seni, dan permainan tradisional, sebagai media untuk menyampaikan pesan dan membangun hubungan yang lebih akrab dengan siswa sehingga dengan demilikian tercapai tujuan layanan BK yang terapeutik bagi seluruh peserta didik, dengan indikator ketercapaian hasil yaitu :
a. Siswa mampu berinteraksi dengan teman dari budaya yang berbeda tanpa prasangka.
b. Konflik antarbudaya dapat diminimalkan, baik di dalam maupun di luar kelas.
c. Terbentuknya lingkungan sekolah yang inklusif dan kondusif bagi semua siswa.
d. Siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan multikultural di dunia kerja.

Kesimpulan

Praksis konseling di Indonesia masih sangat tergantung pada teori konseling barat beserta pengembangannya. Padahal Indonesia adalah sebuah negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi dari sudut pandang budaya. Konseling saat ini tidak hanya persoalan konselor dan konseli, tetapi, dalam perspektif budaya konseling juga mempersoalkan di mana mereka berada.
Proses Konseling merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang berlangsung secara intensif antara konselor dan klien. Dipandang dari perspektif budaya, situasi konseling adalah sebuah perjumpaan kultural antara konselor dengan klien. Oleh karena itu, konselor perlu memiliki kepekaan budaya agar dapat memahami dan membantu klien sesuai dengan konteks budayanya. Konselor yang demikian adalah konselor yang menyadari benar bahwa secara kultural, individu memiliki karakteristik yang unik dan dalam proses konseling akan membawa karakteristik tersebut.
Demikian pembahasan dari kerangka konseptual sederhana ini saya buat. Apabila ditemukan adanya kesalahan atau kekeliruan saya mohon maaf dan besar harapan saya apabila ada masukan dan saran guna mendukung dan perbaikan tulisan yang lebih baik lagi. Jadikanlah tulisan ini sebagai sarana yang dapat mendorong penulis, para pembaca, para siswa atau peserta didik, hingga khalayak umum berfikir aktif, kreatif dan inovatif.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Dibaca 60x

Informasi

SMK Negeri 1 Blado

NPSN 69756066
Jl. Blado-Kalipancur KM.02 Desa Cokro Kecamatan Blado
TELEPON0285 448826
EMAIL[email protected]
WHATSAPP0895400728282